Kamis, 18 September 2014

Membabat Zona Hijau versi Kota Medan

Pinggir Sungai


Kebun Binatang, Edukasi Konservasi?

Kerangkeng. Berkunjung ke kebun binatang seharusnya akan memperoleh kesenangan dan hiburan. Namun jika melihat satwa dalam foto ini, apakah kita masih bisa membawa oleh-oleh berupa cerita menyenangkan.

Rasanya tidak. Hewan ini bukan hewan rumahan. Ia adalah jenis primata yang hidup diantara pepohonan. Tapi peduli amat, yang penting koleksi kebun binatang bertambah dan makin banyak hewannya.

Orangutan ini adalah salahsatu koleksi Kebun Binatang Medan atau Medan Zoo. Keberadaan kebun binatang ini tentunya dapat memberikan referensi tambahan tempat hiburan warga Medan.

Beberapa pemerhati hewan mengecam dan mengkritisi pengelolaan kebun binatang yang dianggap tidak memperhatikan kesejahteraan hewan di dalamnya.

Seperti orangutan dengan kerangkengnya, burung yang juga dalam sangkar, harimau kurus. Dan teranyar, pemerhati kura-kura jug angkat bicara soal ketidaklayakan kandang yang samasekali tidak menunjang kehidupan satwa.

"Kura-kura bukan tinggal di kolam dan kandang dengan lantai semen. Kandang kura-kura tidak perlu cantik dan mahal, cukup lantainya tanah saja. Sebab itu menyerupai habitat aslinya," terangnya suatu ketika.

Alhasil, publik mulai melontarkan pertanyaan atas fungsi kebun binatang. Bukan hanya Medan Zoo, tapi juga kebun binatang lain. Apakah kebun binatang bertujuan edukasi dan konservasi, atau sekedar pajangan layaknya pasar hewan. Di mana hewan-hewan tersebut dipajang untuk dilihat-lihat.

Dan masih tugas Pemko Medan untuk merubah konsep kebun binatang ke depannya, agar tujuan yang diniatkan itu kesampaian. Yaitu kebun binatang dengan tujuan edukasi dan konservasi.



Orangutan di Medan Zoo

Parkir Saja di Hatiku, Gratiss!!





Parkir adalah kebutuhan bagi Kota Besar. Khusus di Medan, aturan mengenai perparkiran masih sering diperdebatkan.

Belum adanya tanda bagi tempat parkir yang legal membuat para jukir dengan bebas mengutip uang parkir di mana saja. Yang jelas, di mana ada keramaian, di situ ada jukir.

Para jukir yang hampir selalu bertampang angkerpun berhasil menguras barang seribu atau dua ribu dari pengguna kendaraan bermotor.

"Jika menemukan jukir liar, bawa saja ke polisi," kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Renward Parapat beberapa waktu silam.

Artinya, silakan Anda bayar saja daripada ribut-ribut. Tidak terbayang bagaimana menyeret-nyeret jukir ke kantor polisi karna mengutip dua ribu perak.

Orang Medan itu cinta damai dan tak mau berurusan panjang hingga ke polisi gara2 uang seperak. Dan saya yakin pak kadis tahu persis hal itu.

Berbicara mengenai ketertiban parkir, hal itu sangat jauh dari harapan. Marka jalan dan rambu lalu lintas tak begitu berarti untuk diperhatikan.

Hanya mirip dengan iklan sirup di pinggir jalan yang cukup dilihat, dibaca dan ditinggalkan. Buktinya, beberapa tanda larangan parkir tak digubris oleh sederet taksi biru yang nangkring di badan trotoar ini.

Rabu, 17 September 2014

Bisnis Kreatif Boneka Kain Flanel San&I Doll




Hanya perlu kreatifitas untuk menjadikannya karya yang menarik. Sedikit sentuhan kesabaran akan menambah nilai seni pada hasil akhirnya. Dan yang terpenting adalah dapat dijadikan sebagai lahan bisnis yang cukup menjanjikan.

Seperti yang sedang dirintis seorang gadis lulusan Teknik Arsitektur USU ini. Putri, begitu ia akrab disapa, sudah lebih dari tiga tahun belakangan memanfaatkan kain flanel sebagai bahan pembuat boneka.

"Mulainya sudah sejak tiga tahun lalu, tapi hanya boneka-boneka wisuda saja dan hanya dijual saat momen wisuda. Mulai online dan banyak kreasinya baru setahun belakangan," akunya.

Gadis yang kini berprofesi sebagai drafter ini awalnya membeli boneka flanel untuk dihadiahkan kepada adiknya sebagai kado wisuda. Namun, kata dia, boneka yang ia beli itu menurutnya kurang menarik. Kemudian ia membongkarnya dan mencoba membuat ulang.

"Ternyata hasilnya lebih bagus daripada boneka yang saya beli itu. Dari situlah ide untuk membuat dan menjual boneka ini lahir," tuturnya.

Dikatakan Putri, boneka-boneka flanel yang ia buat biasanya dijadikan sebagai souvenir, seperti kado ulangtahun, wisuda dan pernikahan. Tema bonekanya pun bisa disesuaikan dengan keinginan si pemesan.

"Sekarang kan lagi musim wisuda, jadi saya sedang fokuskan membuat boneka dengan tema wisuda. Bonekanya didekor mirip dengan orang yang diwisuda, lengkap dengan topi dan toganya. Boneka ini lagi laris-larisnya lho," terangnya.

Selain itu, kata dia, ada juga boneka flanel dengan tema wedding yang berpakaian daerah dan internasional. Biasanya itu dipesan orang sebagai kado pernikahan. Kemudian tema ulangtahun dan yang sedang tren saat ini adalah boneka berhijab.

"Kita selalu mencoba membuat boneka dengan tema yang disesuaikan dengan apa yang sedang tren. Berhubung sekarang lagi tren berhijab, jadi kita coba aplikasikan ke boneka yang berjilbab," ungkap gadis yang bermukim di Jalan Binjai KM 10 Kampung Lalang Medan ini.

Kemudian Putri juga membuat boneka karakter, seperti boneka chef dan dokter. Namun bila ada pemesan yang meminta dibuatkan boneka dengan karakter tokoh kartun, ia dengan senang hati akan mencoba membuatnya.

Diakui dia, peminat boneka flanel karnyanya ini cukup banyak, baik di dalam maupun di luar Kota Medan. Karena dipasarkan secara online, pasarannya bahkan sudah merambah ke Pulau Jawa.

Sementara untuk harga, dia mengatakan boneka-boneka flanel buatannya ini cukup terjangkau. Mulai dari Rp35 ribu hingga Rp200 ribu bergantung tingkat kerumitan tema yang dipesan dan ukurannya.

"Untuk boneka seperti boneka wisuda atau ulangtahun, kan ada ukurannya. Yang terkecil kita hargai Rp35 ribu, sedang Rp50 ribu dan besar Rp100 ribu. Sementara yang couple, biasanya boneka wedding, Rp200 ribu," paparnya.

Selain boneka, Putri juga membuat gantungan kunci dan magnet kulkas yang juga berbahan dasar kain flanel dan masing-masing item dihargai Rp10 ribu per buah.

Jika berminat dan ingin memesan, Putri bisa dikontak melalui facebook www.facebook.com/sannifelt, twitter @sanni_twit, blog www.sannidol.blogspot.com, LINE sannifelt dan BBM 7E9906C1 atau via telepon. ()

Dahsyatnya Lagu Nia Daniyati





Nama Nia Daniyati pasti tidak asing di telinga. Khususnya bagi yang gemar mengikuti kisah artis kontroversial Farhat Abbas.

Ya, janda Farhat Abbas ini memang terkenal dengan suaranya yg merdu melantunkan tembang cinta.

Lagu-lagu yang dibawakan Nia, meskipun lawas, ternyata masih digemari sejumlah orang termasuk supir angkot.

Nah, yang mau saya ceritakan adalah peristiwa kira-kira sebulan yang lalu. Saat itu saya berada di perjalanan menuju Dolok Masihul dengan Bus Netis.

Saya duduk di bangku belakang supir dekat dengan pintu masuk. Bus pun berjalan dengan kecepatan tinggi. Seorang wanita paruh baya yang berada di sebelah saya sudah daritadi melayang ke mimpinya. 

Lagu-lagu Simalungun milik sang sopir pun melantun membuat kernek bus manggut-manggut mengikut irama.

Kemudian sopir mengganti lagunya dengan album tembang lawas Nia Daniyati. Lagu demi lagu pun diperdengarkan kepada seluruh penumpang di dalam bus. Sang sopir pun terlihat ikut menyanyi pelan mengikuti lagu. 

Sedangkan sang kernek hanya diam. Mungkin dia tidak akrab dengan lagunya, maklum sang kernek sepertinya potongan remaja tanggung yang gemar musik-musik house.

Memasuki daerah Lubuk Pakam seorang wanita masuk dan duduk di bangku di hadapanku. 

Mulanya aku tak begitu memperhatikan. Tapi lama kelamaan kulihat ia menutup mulutnya dengan tangan. Air mata menetes ke pipinya. 

Awalnya kupikir dia mabuk darat atau menahan muntah. Tapi belakangan aku mengerti ia sedang menahan tangis sekuat tenaga. Terbukti, ia tersedak-sedak dan menutupi wajahnya.

Aku dan penumpang lain hanya bisa memandangi. Beberapa dari kami ingin menawarkan tissue namun mengurungkan niat. Takut dia tersinggung.

Lagu Nia Daniati masih melantun. Aku yakin semua kami mendengar lirik per lirik dengan seksama.

Begitu juga dengan wanita itu, ia tambah tersedu-sedu setiap kali Nia Daniati bercerita sedih lewat lagunya.

"Samakah aku dengan burung di sangkar yang dijual orang? Hingga kau perlakukan sesuka hatimu. Cintaku bukan anggur yang jika habis dapat kau tuang lagi," lantun Nia Daniati diikuti menganaksungainya airmata wanita tadi.

Wanita itu pun kalap, menangis sejadi-jadinya. Dan kami para penumpang hanya bisa menonton.

Salahsatu dari kami akhirnya menyodorkan tissue dan mengusap bahu wanita itu.

"Gak usah dipikirkan kali kak," ucap kakak itu sopan.

"Iya kak, makasih ya," jawab wanita itu tanpa mengurangi airmatanya.

"Lari dari rumah ya," ibu yang di sebelahku membuka calak percakapan untuk sebuah cerita misteri di balik tangisan wanita itu.

"Iya bu," jawabnya menahan ledakan tangis dari dadanya.

"Kenapa? Suami selingkuh?" tanya ibu itu lembut, berbeda sekali dgn tampangnya yang agak angker.

"Bukan," katanya.

"Jadi kenapa? Eh, bang supir, ganti dulu lagu abang itu, jadi nangis kakak ini abang buat," katanya disambut tawa seluruh penumpang. Wanita itu tersenyum ciut, melempar sedikit penghargaan atas hiburan yang kami berikan.

Dan ia membeberkan kejadian yang menimpanya kepada ibu di sebelahku layaknya curhat pada psikolog.

Ia mengatakan dirinya kabur dari rumah sebab tak tahan atas perlakuan suaminya yang ringan tangan dan tempramen.

Ia juga menyebutkan sederet pertengkaran mereka yang menghasilkan luka luar dalam bagi dirinya. Sebagai wanita yang tak lagi memiliki ayah, dia juga merasa lemah dan tak berdaya. Bahkan sang suami tak lagi hormat pada orangtuanya.

Ibu empat anak itu memutuskan lari dari rumah setelah perkelahian hebat dan tanpa sengaja ia melukai kepala suaminya dengan pompa sepeda.

Alhasil, suami mengancam akan melaporkan hal tersebut pada polisi. 

Ia pun mengakui, sejak memasuki bus kami hatinya sudah berkecamuk dan semua lirik lagu Nia Daniyati itu memang tepat menancap di hatinya sehingga ia tak kuasa menahan tangis.

Begitupun, saat ia tiba di tujuannya, ia sempat melempar senyum ke kami sebelum turun. Airmatanya hampir kering.()





Pesta Rakyat Pinggiran Sungai Deli

Rayakan Kemerdekaan dengan Basah-basahan

Pesta 17an yang biasanya diadakan di darat, kini diadakan di dalam sungai bersejarah Kota Medan, Sungai Deli. mencoba mengangkat profil dan hak layak hidup, masyarakat Kampung Aur dengan halus menggedor hati Pemerintah Kota Medan atas memprihatinkannya kehidupan mereka.

Tak hanya langganan banjir, masyarakat Kampung Aur juga kabarnya bakal direlokasi ke rumah susun yang disediakan Pemko Medan. Mereka, masyarakat pinggiran sungai yang terbiasa berkawan dengan banjir, bersahabat dengan bau amis sungai menolak relokasi tersebut.

"Sungai Deli adalah hidup kami. Bukan hanya membesarkan anak-anak, kami juga membesarkan budaya di sini," ujar salahseorang pemuda di Kampung Aur, Budi Bahariyong beberapa waktu silam.






Lomba panjat pinang di Sungai Deli pada Perayaan HUT RI 2014.

Lomba makan kerupuk dalam sungai turut memeriahkan pesta hari kemerdekaan RI di Kampung Aur.