Rabu, 17 September 2014

Dahsyatnya Lagu Nia Daniyati





Nama Nia Daniyati pasti tidak asing di telinga. Khususnya bagi yang gemar mengikuti kisah artis kontroversial Farhat Abbas.

Ya, janda Farhat Abbas ini memang terkenal dengan suaranya yg merdu melantunkan tembang cinta.

Lagu-lagu yang dibawakan Nia, meskipun lawas, ternyata masih digemari sejumlah orang termasuk supir angkot.

Nah, yang mau saya ceritakan adalah peristiwa kira-kira sebulan yang lalu. Saat itu saya berada di perjalanan menuju Dolok Masihul dengan Bus Netis.

Saya duduk di bangku belakang supir dekat dengan pintu masuk. Bus pun berjalan dengan kecepatan tinggi. Seorang wanita paruh baya yang berada di sebelah saya sudah daritadi melayang ke mimpinya. 

Lagu-lagu Simalungun milik sang sopir pun melantun membuat kernek bus manggut-manggut mengikut irama.

Kemudian sopir mengganti lagunya dengan album tembang lawas Nia Daniyati. Lagu demi lagu pun diperdengarkan kepada seluruh penumpang di dalam bus. Sang sopir pun terlihat ikut menyanyi pelan mengikuti lagu. 

Sedangkan sang kernek hanya diam. Mungkin dia tidak akrab dengan lagunya, maklum sang kernek sepertinya potongan remaja tanggung yang gemar musik-musik house.

Memasuki daerah Lubuk Pakam seorang wanita masuk dan duduk di bangku di hadapanku. 

Mulanya aku tak begitu memperhatikan. Tapi lama kelamaan kulihat ia menutup mulutnya dengan tangan. Air mata menetes ke pipinya. 

Awalnya kupikir dia mabuk darat atau menahan muntah. Tapi belakangan aku mengerti ia sedang menahan tangis sekuat tenaga. Terbukti, ia tersedak-sedak dan menutupi wajahnya.

Aku dan penumpang lain hanya bisa memandangi. Beberapa dari kami ingin menawarkan tissue namun mengurungkan niat. Takut dia tersinggung.

Lagu Nia Daniati masih melantun. Aku yakin semua kami mendengar lirik per lirik dengan seksama.

Begitu juga dengan wanita itu, ia tambah tersedu-sedu setiap kali Nia Daniati bercerita sedih lewat lagunya.

"Samakah aku dengan burung di sangkar yang dijual orang? Hingga kau perlakukan sesuka hatimu. Cintaku bukan anggur yang jika habis dapat kau tuang lagi," lantun Nia Daniati diikuti menganaksungainya airmata wanita tadi.

Wanita itu pun kalap, menangis sejadi-jadinya. Dan kami para penumpang hanya bisa menonton.

Salahsatu dari kami akhirnya menyodorkan tissue dan mengusap bahu wanita itu.

"Gak usah dipikirkan kali kak," ucap kakak itu sopan.

"Iya kak, makasih ya," jawab wanita itu tanpa mengurangi airmatanya.

"Lari dari rumah ya," ibu yang di sebelahku membuka calak percakapan untuk sebuah cerita misteri di balik tangisan wanita itu.

"Iya bu," jawabnya menahan ledakan tangis dari dadanya.

"Kenapa? Suami selingkuh?" tanya ibu itu lembut, berbeda sekali dgn tampangnya yang agak angker.

"Bukan," katanya.

"Jadi kenapa? Eh, bang supir, ganti dulu lagu abang itu, jadi nangis kakak ini abang buat," katanya disambut tawa seluruh penumpang. Wanita itu tersenyum ciut, melempar sedikit penghargaan atas hiburan yang kami berikan.

Dan ia membeberkan kejadian yang menimpanya kepada ibu di sebelahku layaknya curhat pada psikolog.

Ia mengatakan dirinya kabur dari rumah sebab tak tahan atas perlakuan suaminya yang ringan tangan dan tempramen.

Ia juga menyebutkan sederet pertengkaran mereka yang menghasilkan luka luar dalam bagi dirinya. Sebagai wanita yang tak lagi memiliki ayah, dia juga merasa lemah dan tak berdaya. Bahkan sang suami tak lagi hormat pada orangtuanya.

Ibu empat anak itu memutuskan lari dari rumah setelah perkelahian hebat dan tanpa sengaja ia melukai kepala suaminya dengan pompa sepeda.

Alhasil, suami mengancam akan melaporkan hal tersebut pada polisi. 

Ia pun mengakui, sejak memasuki bus kami hatinya sudah berkecamuk dan semua lirik lagu Nia Daniyati itu memang tepat menancap di hatinya sehingga ia tak kuasa menahan tangis.

Begitupun, saat ia tiba di tujuannya, ia sempat melempar senyum ke kami sebelum turun. Airmatanya hampir kering.()





Tidak ada komentar:

Posting Komentar